Surabaya || Corongkita.com – Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto beri gelar Pahlawan Nasional terhadap 3 tokoh asal Jawa Timur yakni, Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, aktivis buruh Marsinah, dan ulama kharismatik Syaikhona Muhammad Kholil. Berikut latar belakang 3 Tokoh Nasional baru yang berasal dari Jawa Timur.
Dr. (HC). KH. Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur. Presiden Indonesia ke-4 ini seringkali disebut sebagai Bapak Pluralisme Indonesia karena beliau selalu mengangkat tema toleransi dan mengumandangkan bahwa Indonesia adalah milik seluruh elemen masyarakat, tanpa membedakan ras, suku, bahasa, etnik, bahkan agama dan keyakinan. Bagi Gus Dur, Pluralisme adalah menghargai adanya pluralitas yang merupakan Sunnatullah.
Pemaknaan baru terhadap pluralisme ini, merupakan salah satu representasi ke-Indonesia-an Gus Dur dalam pengamalan pancasila, sila ke-3 dan ke-5. Dimana dengan menjaga keberagaman (pluralitas), Indonesia bersatu sebagaimana sila ketiga. Dan dengan menjaga keberagaman, sila kelima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia- dapat terwujud.
Kemudian aktivis buruh Marsinah, Marsinah lahir pada 10 April 1969 di Nganjuk, Jawa Timur. Pada zaman Pemerintahan Orde Baru, Marsinah bekerja sebagai buruh di PT. Catur Putra Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Dia dikenal sebagai seorang aktivis buruh yang dikenal gigih memperjuangkan hak-hak pekerja di Indonesia. Pasalnya, Marsinah aktif memimpin aksi-aksi untuk menuntut kenaikan upah dan perbaikan kondisi kerja.
Syaikhona Muhammad Kholil lahir 25 Mei 1835 di Kramat Bangkalan, Jawa Timur. Namanya dikenal sebagai guru para ulama besar, salah satunya adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Muhammad Hasyim Asy’ari.
Kiai Kholil menempuh pendidikan di berbagai pesantren Jawa dan Madura, kemudian melanjutkan studi ke Makkah selama bertahun-tahun. Di sana, Syaikhona Muhammad Kholil memperdalam fiqih, tafsir, hadis, tasawuf, dan berbagai disiplin keilmuan Islam klasik. Di Tanah Suci, Syekh Kholil berguru kepada Syekh Nawawi al-Bantani, Syekh Utsman bin Hasan Ad-Dimyathi, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syekh Mustafa bin Muhammad Al-Afifi Al-Makki, dan Syekh Abdul Hamid bin Mahmud Asy-Syarwani. Sepulangnya ke Tanah Air, ia mendirikan dan mengembangkan Pesantren Kademangan, Bangkalan. Pesantren ini kemudian menjadi salah satu pusat keilmuan penting di Jawa dan melahirkan banyak ulama besar, termasuk KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU.
Kemudian Kiai Syaikhona Muhammad Kholil yang berasal dari Provinsi Jawa Timur ditetapkan sebagai pahlawan bidang perjuangan pendidikan Islam. Ia merupakan ulama karismatik yang menempuh jalur pendidikan kultural, sosial, dan agama.
Dalam rangka peringatan Hari Pahlawan yang bertepatan di hari ini Jatim Insttute sebagai organisasi yang aktif dalam bidang kepemudaan ini mengapresiasi atas penganugerahan Tiga Tokoh Nasional yang baru ditetapkan oleh pemerintah.
Direktur Eksekutif Jatim Institute Yudo Adianto Salim S.H.,M.H mengapresiasi setinggi-tinggi nya atas penganugerahan gelar tersebut, menurutnya, penetapan gelar ini harus menjadi dorongan bagi generasi muda untuk memahami sejarah dan meneladani nilai perjuangan para pahlawan tersebut, terutama di tengah tantangan sosial dan demokrasi masa kini.
“Pemberian gelar Tokoh Nasional ini harus bisa memberikan motivasi dan dorongan bagi anak muda khususnya di Jawa Timur agar bisa terus memberikan sumbangsih nya untuk turut serta membangun bangsa dan berkontribusi untuk masyarakat jatim khususnya.” Ujar pemuda yang biasa disapa Adi ini
Adi juga mengapresiasi setinggi-tingginya kepada Presiden RI Prabowo Subianto atas pemberian gelar Tokoh Nasional khususnya yang berasal dari Jawa Timur, ia menilai pemberian gelar ini merupakan bentuk apresiasi Prabowo untuk mengenang jasa para pahlawan yang ada di Indonesia.
“Pemberian gelar Tokoh Nasional oleh Presiden Prabowo ini tentu sebagai bentuk penghormatan beliau kepada para tokoh yang telah gugur dalam perjuangan dalam membangun bangsa dan negara ini.”












